Minggu, 12 Desember 2010

Hipertensi

Pengertian dan pathofisiologi(fatofisiologi) :
 
Definisi Hypertensi :
Tekanan Darah Tinggi (hipertensi) adalah suatu peningkatan tekanan darah di dalam arteri yang mengakibatkan suplai oksigen dan nutrisi, yang dibawa oleh darah terhambat sampai ke jaringan tubuh yang membutuhkan. Secara umum, hipertensi merupakan suatu keadaan tanpa gejala, dimana tekanan yang abnormal tinggi di dalam arteri menyebabkan meningkatnya resiko terhadap stroke, aneurisma, gagal jantung, serangan jantung dan kerusakan ginjal dan merupakan penyebab utama gagal jantung kronis.

Mekanisme Hipertensi
       Mekanisme terjadinya hipertensi adalah melalui terbentuknya angiotensin II dari angiotensin I oleh angiotensin I-converting enzyme (ACE). ACE memegang peran fisiologis penting dalam mengatur tekanan darah. Darah mengandung angiotensinogen yang diproduksi di hati.
Selanjutnya oleh hormon, renin (diproduksi oleh ginjal) akan diubah menjadi angiotensin I. Oleh ACE yang terdapat di paru-paru, angiotensin I diubah menjadi angiotensin II. Angiotensin II inilah yang memiliki peranan kunci dalam menaikkan tekanan darah melalui dua aksi utama.
        Aksi pertama adalah meningkatkan sekresi hormon antidiuretik (ADH) dan rasa haus. ADH diproduksi di hipotalamus (kelenjar pituitari) dan bekerja pada ginjal untuk mengatur osmolalitas dan volume urin. Dengan meningkatnya ADH, sangat sedikit urin yang diekskresikan ke luar tubuh (antidiuresis), sehingga menjadi pekat dan tinggi osmolalitasnya.
        Untuk mengencerkannya, volume cairan ekstraseluler akan ditingkatkan dengan cara menarik cairan dari bagian intraseluler. Akibatnya, volume darah meningkat, yang pada akhirnya akan meningkatkan tekanan darah. Aksi kedua adalah menstimulasi sekresi aldosteron dari korteks adrenal.
       Aldosteron merupakan hormon steroid yang memiliki peranan penting pada ginjal. Untuk mengatur volume cairan ekstraseluler, aldosteron akan mengurangi ekskresi NaCl (garam) dengan cara mereabsorpsinya dari tubulus ginjal. Naiknya konsentrasi NaCl akan diencerkan kembali dengan cara meningkatkan volume cairan ekstraseluler yang pada gilirannya akan meningkatkan volume dan tekanan darah.

2. Klasifikasi hypertensi :
Kategori Tekanan Darah Sistolik Tekanan Darah Diastolik
  • Normal 120 mmHg – 130 mmHg 85 mmHg – 95 mmHg
  • Untuk para lansia tekanan diastolik 140 mmHg masih dianggap normal.
  • Normal tinggi 130-139 mmHg 85-89 mmHg
  • Stadium 1
    (Hipertensi ringan) 140-159 mmHg 90-99 mmHg
  • Stadium 2
    (Hipertensi sedang) 160-179 mmHg 100-109 mmHg
  • Stadium 3
    (Hipertensi berat) 180-209 mmHg 110-119 mmHg
  • Stadium 4
    (Hipertensi maligna) 210 mmHg atau lebih 120 mmHg atau lebih
Sedangkan klasifikasi hipertensi menurut WHO berdasarkan tekanan diastolik, yaitu:
a.  Hipertensi derajat I, yaitu jika tekanan diastoliknya 95-109 mmHg.
b. Hipertensi derajat II, yaitu jika tekanan diastoliknya 110-119 mmHg.
c.  Hipertensi derajat III, yaitu jika tekanan diastoliknya lebih dari 120 mmHg.

3. Etiologi dan factor resiko dari Hipertensi:
Etiologi penyakit Hipertensi
Sebanyak 90 % kasus penyebab tidak diketahui (hipertensi primer). Namun dapat juga sekunder akibat penyakit jantung/ginjal, diabetes, atau tumor dari kelenjar adrenal, obat-obatan, maupun kehamilan.

Faktor resiko terjadinya Hipertensi :
a.  Daya tahan tubuh terhadap penyakit.
Daya tubuh seseorang sangat dipengaruhi oleh kecukupan gizi, aktifitas, dan istirahat. Dalam hidup modern yang penuh kesibukan juga membuat orang kurang berolahraga dan berusaha mengatasi stresnya dengan merokok , minum alkohol, atau kopi sehingga daya tahan tubuh menjadi menurun dan memiliki resiko terjadinya penyakit hipertensi.

b. Genetis
Para pakar juga menemukan hubungan antara riwayat keluarga penderita hipertensi (genetik) dengan resiko untuk juga menderita penyakit ini.

c. Umur
Prevalensi hipertensi akan meningkat dengan bertambahnya umur. Sebagai gambaran saja, berikut ini dikutipkan salah satu hasil penelitian tentang penyebaran menurut umur tersebut, seperti dapat dilihat pada tabel 1 :
Tabel 1. Frekuensi Hipertensi Menurut Golongan Umur*
No. Golongan Umur (tahun) Prevalensi (%)
1 20-29 6,10
2 30-39 6,70
3 40-49 10,10
4 50-59 10,20
5 Diatas 60 13,00
*) Dikutip dan disederhanakan dari: Survai hipertensi pada suatu pedesaan; Boedi Rahardjo dkk, 1974.
        Prevalensi 6-15% pada orang dewasa. Prevalensi meningkat menurut usia. Sejalan dengan bertambahnya usia, hampir setiap orang mengalami kenaikan tekanan darah; tekanan sistolik terus meningkat sampai usia 80 tahun dan tekanan diastolik terus meningkat sampai usia 55-60 tahun, kemudian berkurang secara perlahan atau bahkan menurun drastis.
         Tetapi di atas usia tersebut, justru wanita (setelah mengalami menapouse ) berpeluang lebih besar. Para pakar menduga perubahan hormonal berperan besar dalam terjadinya hipertensi di kalangan wanita usia lanjut. Namun sekarang penyakit hipertensi tidak memandang golongan umur.

d. Jenis Kelamin
Hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga tahun 1995 menunjukkan prevalensi penyakit hipertensi atau tekanan darah tinggi di Indonesia cukup tinggi, yaitu 83 per 1.000 anggota rumah tangga. Pada umumnya lebih banyak pria menderita hipertensi dibandingkan dengan perempuan.
Wanita > Pria pada usia > 50 tahun
Pria > wanita pada usia < 50 tahun

e. Pola Hidup
Kebiasaan- kebiasaan buruk seseorang merupakan ancaman kesehatan bagi orang tersebut seperti:
  • gaya hidup modern yang mengagungkan sukses, kerja keras dalam situasi penuh tekanan, dan stres terjadi yang berkepanjangan adalah hal yang paling umum serta membuat orang kurang berolagraga , dan berusaha mengatasi stresnya dengan merokok, minum alkohol atau kopi , padahal semuanya termasuk dalam daftar penyebab yang meningkatkan resiko hipertensi.
  • Indra perasa kita sejak kanak-kanak telah dibiasakan untuk memiliki ambang batas yang tinggi terhadap rasa asin, sehingga sulit untuk dapat menerima makanan yang agak tawar. Konsumsi garam ini sulit dikontrol, terutama jika kita terbiasa mengonsumsi makanan di luar rumah (warung, restoran, hotel, dan lain-lain).
  • Pola makan yang salah, faktor makanan modern sebagai penyumbang utama terjadinya hipertensi. Makanan yang diawetkan dan garam dapur serta bumbu penyedap dalam jumlah tinggi, dapat meningkatkan tekanan darah kerana mengandung natrium dalam jumlah yang berlebih.
f. Pekerjaan
Stress pada pekerjaan cenderung menyebabkan terjadinya hipertensi berat. Pria yang mengalami pekerjaan penuh tekanan, misalnya penyandang jabatan yang menuntut tanggung jawab besar tanpa disertai wewenang pengambilan keputusan, akan mengalami tekanan darah yang lebih tinggi selama jam kerjanya, dibandingkan dengan rekannya mereka yang jabatan nya lebih “longgar” tanggung jawabnya . Stres yang terlalu besar dapat memicu terjadinya berbagai penyakit misalnya sakit kepala,sulit tidur, tukak lambung, hipertensi, penyakit jantung, dan stroke.

g. Ras/ Suku
Ras/Suku : Di USA, orang kulit hitam > kulit putih. Di Indonesia penyakit hipertensi terjadi secara bervariasi. Pada orang kulit hitam ditemukan kadar renin yang rendah dan sensitifitas terhadap vasopressin lebih besar.
4. Faktor resiko dari hipertensi
  • Ensefalopati hipertensif
  • Payah jantung
  • Gagal jantung
  • Retinopati hipertensif yang dapat mengkibatkan kebutaan.
Hypertensi essential dan secondary hypertensi

a. Hipertensi primer, yaitu hipertensi yang tidak diketahui penyebabnya.
Hipertensi primer kemungkinan memiliki banyak penyebab; beberapa perubahan pada jantung dan pembuluh darah kemungkinan bersama-sama menyebabkan meningkatnya tekanan darah.
Para pakar menunjuk stres sebagai tertuduh utama, setelah itu banyak faktor lain yang mempengaruhi , dan para pakar juga menemukan hubungan antara riwayat keluarga penderita hipertensi (genetik ) dengan resiko untuk juga menderita penyakit ini. Faktor-faktor lain yang dapat dimasukkan dalam daftar penyebab hipertensi jenis ini adalah lingkungan , kelainan metabolisme intra seluler , dan faktor – faktor Kegemukan (obesitas), gaya hidup yang tidak aktif (malas berolah raga), stres, alkohol atau garam dalam makanan; bisa memicu terjadinya hipertensi pada orang-orang memiliki kepekaan yang diturunkan. Stres cenderung menyebabkan kenaikan tekanan darah untuk sementara waktu, jika stres telah berlalu, maka tekanan darah biasanya akan kembali normal.

b. Hipertensi sekunder, yaitu hipertensi yang disebabkan oleh penyakit, obat-obatan, maupun kehamilan.
Jika penyebabnya diketahui, maka disebut hipertensi sekunder. Pada sekitar 5-10% penderita hipertensi, penyebabnya adalah penyakit ginjal. Pada sekitar 1-2%, penyebabnya adalah kelainan hormonal atau pemakaian obat tertentu (misalnya pil KB).
Penyebab hipertensi lainnya yang jarang adalah feokromositoma, yaitu tumor pada kelenjar adrenal yang menghasilkan hormon epinefrin (adrenalin) atau norepinefrin (noradrenalin).

Beberapa penyebab terjadinya hipertensi sekunder:
1. Penyakit Ginjal
  • Stenosis arteri renalis
  • Pielonefritis
  • Glomerulonefritis
  • Tumor-tumor ginjal
  • Penyakit ginjal polikista (biasanya diturunkan)
  • Trauma pada ginjal (luka yang mengenai ginjal)
  • Terapi penyinaran yang mengenai ginjal
2. Kelainan Hormonal
  • Hiperaldosteronisme
  • Sindroma Cushing
  • Feokromositoma
3. Obat-obatan
  • Pil KB
  • Kortikosteroid
  • Siklosporin
  • Eritropoietin
  • Kokain
  • Penyalahgunaan alkohol
  • Kayu manis (dalam jumlah sangat besar)
4. Penyebab Lainnya
  • Koartasio aorta
  • Preeklamsi pada kehamilan
  • Porfiria intermiten akut
  • Keracunan timbal akut.


Tidak ada komentar: